We Are Never Ever Getting Back Together

Kamis, 12 Maret 2015

CERPEN TENTANG PERSAHABATAN

Masa lalu dimusim hujan 

Aku Djamilah, anak yang berumur 14 tahun dan duduk dibangku SMP kelas 9. Aku beruntung, sejauh ini aku mempunyai teman yang sangat setia dan baik di SD maupun SMP. Tetapi akhir-akhir ini aku cenderung memikirkan masa-masa SD-ku. Mungkin aku sedang kangen sama teman-teman SD-ku, jadinya aku banyak memikirkan masa laluku bersama mereka.
Malam ini, aku telah mengerjakan semua tugas sekolah yang diberikan guru-guru untukku. Aku merebahkan punggungku pada kasur didalam kamarku. Aku keluar sejenak untuk mencari udara segar. Aku dapat merasakan sepoi angin yang menembus tubuhku dan memberi kesegaran dalam tubuhku. Aku bersenandung sambil mendengarkan lagu Utopia – Hujan. Tiba-tiba terlintas sejenak dipikiranku akan masa-masa indahku di SD bersama teman-temanku dahulu.
Saat itu musim hujan mulai tiba, aku dan teman-teman rumah merayakannya dengan mandi air hujan. Tetapi kami langsung berhenti ketika ada petir yang menyambar pohon tetangga kami. Lalu kami bermain dikamar kami dan akhirnya ketiduran. Pagi hari telah tiba, mentari telah memamerkan sinarnya yang indah. Akupun keluar dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk mandi dan memulai hari yang sedikit mendung ini. Aku sampai sekolah dan melihat teman-temanku tengah asyik membersihkan kelas. Aku langsung menuju kelas dan membantu mereka. “ayo cepat taruh tasmu dan mulailah aktivitasmu dengan mengepel kelas ini bersama-sama” kata Akbar. Aku langsung mengambil serbet dan mencelupkannya di bak air. Kebetulan saat itu tidak ada alat untuk mengepel, jadi kami terpaksa mengepel dengan serbet. Lalu kami mengepel kelas itu bersama-sama. Saat mengepel pintu masuk menuju meja guru, kami mengambil satu serbet dan meletakkan tangan kami semua diseber tersebut, dan langsung merangkak sambil mendorong serbet tersebut secara bersama-sama. Bagiku, itu merupakan hal aneh dan gila yang pernah aku lakukan. Setelah semuanya bersih, kami mendorong setiap meja dan kursi kebelakang. Lalu, Imam langsung naik keatas susunan meja, lalu ia menyanyi sambil mengatakan “semuanya..... Are you ready??” dengan membawa sapu yang ia gunakan sebagai alat pengganti microphone. Semuanya tertawa melihat tingkah laku Imam.
Lalu aku, Nisa, Dhea, Rina, Frida, Adjeng, Mita, Eka, dan yang lainnya bermain masak-masakan di sekolah. Kami menyebutnya dengan Permainan Master Chef (acara TV yang ditayangkan di RCTI saat itu). Disamping dapat bermain bersama teman-teman, aku mempunyai musuh baru. Dia laki-laki yang sangat menyebalkan, namanya Ibad. Hampir setiap hari aku bertengkar dengannya.
Hari demi hari berganti, minggupun juga telah berganti, bahkan setahun telah aku lalui bersama- sama dengan teman SD ku. Akupun duduk dibangku kelas enam, aku sangat bahagia. Apalagi saat musim hujan. Musim yang dimana buah Markisa dapat dijumpai dengan mudah dalam keadaan yang menggoda setiap manusia yang malihatnya. Saat pulang sekolah, Imam mampir kerumah Akbar. Disana Imam melihat berbagai buah markisa yang terlihat segar. Lalu Imam bilang pada Akbar bahwa ia menginginkan buah markisa yang sudah menguning. Lalu Akbar mengambil sebuah tongkat untuk menjatuhkan buah markisa tersebut. Pagi harinya, Imam menceritakan padaku dan teman-teman semuanya. Lalu kami meminta Akbar agar membawanya besok. Dihari berikunya, Akbar membawakan beberapa buah markisa untuk kami. Kami langsung berebut buah tersebut. Sayangnya, aku mendapatkan buah yang masih hijau. Berbeda dengan buah yang didapatkan Imam. Lalu aku meminta pada imam untuk menukar buahku dengan buah yang tengah ia bawa. “loh ini kan aku yang memetik sendiri dirumah Akbar langsung dari tanganku. Enak aja mau menukarnya dengan buahku” kata Imam sinis. Lalu aku mencoba dan ternyata rasanya sangat asam. Lalu aku mencoba buah yang dimakan oleh Yoga dan rasanya “Hmmmmm....... nyumiiii......... enak sekali” begitu kata Riyanto. “udah segar dan tidak teralu asam lagi” kata Rohman. “wah wah wah ini pas benget buat dietnya Rohman” kataku meledek Rohman. Tetapi aku masih penasaran dengan rasa buah markisa yang dibawa oleh Imam. Yang tidak terlalu kuning saja sudah lezat, apalagi yang sudah kuning?. Berhubung Imam-nya pelit, jadi aku mencoba untuk menahan rasa penasaranku ini.
Beberapa hari kemudian, saat aku dan teman-teman sekelas hendak Try Out di SMP YPM 7 Sidoarjo. Saat itu cuaca memang terlihat sangatlah cerah. Kami langsung menuju ketempat tujuan dengan gembira. Tiba-tiba ditengah perjalanan kami diguyur hujan yang sangat lebat. Jadi, kami berusaha mencari tempat teduh. Lalu kami menemukan sebuah warung lama yang tak berpenghuni, ya disituah kami berteduh. Saat itu, hanya aku yang membawa tas. Jadi, barang-barang teman-temanku dititipkan ditasku semua. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Kami sampai disana dalam keadaan basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Beberapa minggu kemudian, ada anak TK yang ulang tahun dan dirayakan didalam kelas. Saat itu, musim hujan sudah mulai pergi meninggalkan hari-hariku yang indah.. Avril, anak TK yang sedang berulang tahun didalam kelasnya bersama teman-teman dan guruya. Kami melihat acara tersebut dari luar. Lalu kami masuk kedalam kelas masing-masing. Saat itu sedang ada Jam Kosong, Bu Saroh menawari sisa kue ulang tahun tersebut kepada kami. Kami menerimanya dengan senang hati. Kami memakannya dengan lahap hingga semua habis. Yang ada hanyalah sisa cream. Yoga mencolekkan cream tersebut ketangan Nisa. Lalu Nisa mencolekkan cream ke tangan Imam. Dan Imam mencolekkan cream tersebut ketanganku. Lalu semuanya menyerbuku dengan mencolekkan berbagai cream ketanganku. Imam mencolekkan cream ke pipiku dan menyebar ke wajahku. “udah dong guys... aku nyerah” kataku mengangkat tangan. Lalu Bu Zuhroh menuju kelas kita dan menyuruh agar kita mengambil air wudhlu dan segera sholat dhuhur. Sebelum mengambil air wudhlu, aku dan Nisa mencuci tangan dan muka untuk menghilangkan sisa cream yang ada. Lalu kami berwudhlu. Setelah itu, kami sholat lalu pulang. Dirumah, aku sangat bahagia dan mengatakan “aku tidak akan melupakan kejadian ini”.
Diminggu selanjutnya aku dan teman-teman berjanji akan fokus pada Ujian Nasional. Setiap hari kami belajar bersungguh-sungguh untuk menghadapi Ujian Nasional. Hari ‘H’ yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Kami menjalani Ujian Nasional dengan rasa takut, senang, dan khawatir semuanya campur aduk menjadi satu. Aku dan teman-teman menjalaninya selama 3 hari berturut-turut. Lalu kami menunggu hasil Ujian yang kami kerjakan itu selama  2 Minggu.
Hari demi hari berlalu dengan cepat. Akhirnya hari yang kami nantikan telah tiba. Raja siang mulai memunculkan kilau sinar emasnya. Aku segera mandi dan ganti baju lalu sarapan. Setelah itu, aku berangkat kesekolah. Disana aku bertemu teman-temanku, kami berkumpul bersama-sama untuk menunggu kehadiran guru kami dan akhirnya kami dapat melihat hasil Ujian kami. Sebelumnya kami berdo’a agar mendapat nilai maksimal walaupun itu sangat mustahil. Bu Suliyati membacakan hasil nilai akhir kami sesuai urut absen. Bulu ditanganku merinding saat guruku itu membacakan nilai hasil Ujianku, dan ternyata “aaaa...... alhamdulillah ya allah” gumamku dalam hati setelah mendengar ucapan guruku yang memberitahukan bahwa aku mendapat nilai ujian 28,70 dan mendapat nila akhir 28,00. Lalu kami pulang, dan dihari berikutnya kami mulai sibuk mencari tujuan untuk melanjutkan masa depan sendiri-sendiri. Dan alhamdulillah kami dapat melanjutkan pendidikan disekolah yang kami impikan. Dan disekolah baru ini, kami mendapatkan banyak teman baru.

By : Siti Djamilatun/ IX-E/ 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar